الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أصحابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ فَقَالَ اللهُ
تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Tiada
kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini
melainkan kata-kata syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
mencurahkan kenikmatan- kepada kita sehingga kita berkumpul dalam majelis ini. Mari kita wujudkan rasa syukur kita dengan melakukan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kemudian
tidak lupa kami wasiatkan kepada diri pribadi dan kepada jamaah semuanya,
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena keimanan dan
ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Hari Jumat tergolong unik dalam Islam.
Dari segi penamaan, pilihan nama “Jumat” berbeda dari nama-nama hari lainnya.
Kata “Jumat “Qamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir” dapat dibaca dalam
tiga bentuk: Jumu'ah, Jum'ah, dan Juma'ah, yang berarti berkumpul. Sementara
hari-hari lain memiliki makna yang mirip dengan urutan angka hari dalam
sepekan: Ahad (hari pertama), Isnain (hari kedua), tsulatsa (hari ketiga),
arbi’a (hari keempat) dan khamis (hari kelima), serta sabt yang berakar kata
dari sab’ah (hari ketujuh).
Pada masa Arab Jahiliyah nama-nama hari
terdiri dari Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar
(Rabu), Mu’nis (Kamis), dan ‘Arubah (Jumat). Nama-nama tersebut kemudian diubah
dengan datangnya Islam. Rasulullah tidak hanya melakukan perubahan moral tapi
juga perubahan bahasa. Kata-kata dianggap kurang tepat dimaknai ulang sehingga
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah, ‘Arubah
merupakan kesempatan untuk menampilkan kepongahan, kebanggaan, berhias, dan
semacamnya. Dalam Islam ‘Arubah berubah menjadi Jumu‘ah yang mengandung arti
berkumpul. Tentu saja lebih dari sekadar berkumpul, karena dalam syari’at,
Jumat mendapatkan julukan sayyidul ayyâm atau rajanya hari. Dengan kata lain,
Jumat menduduki posisi paling utama di antara hari-hari lainnya dalam sepekan.
Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin ‘Ubadah sebuah
hadits:
سَيِّدُ الْأَيَّامِ
عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ
وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ
إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا
اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ
رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا
أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ
الْجُمُعَةِ
“Rajanya
hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban
dan hari raya Fithri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat
Allah menciptakan Nabi Adam dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari
Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada
seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan
permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali shilaturrahim. Hari
kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi
Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya
kiamat saat hari Jumat.”
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Di antara kita kadang lupa, tak
merasakan keutamaan hari Jumat karena tertimbun oleh rutinitas sehari-hari.
Kesibukan yang melingkupi kita tiap hari sering membuat kita lengah sehingga
menyamakan hari Jumat tak ubahnya hari-hari biasa lainnya. Padahal, di tiap
tahun ada bulan-bulan utama, di tiap bulan ada hari-hari utama, dan di tiap hari
ada waktu-waktu utama. Masing-masing keutamaan memiliki kekhususan sehingga
menjadi momentum yang sangat baik untuk merenungi diri, berdoa, bermunajat,
berdzikir, dan meningkatkan ibadah kepada Allah ﷻ.
Keistimewaan hari Jumat bisa dilihat
dari disunnahkannya mandi Jumat. Dalam Al-Hawi Kabir karya al-Mawardi, Imam
Syafi’i menjelaskan bahwa meskipun shalat Jumat dilaksanakan pada waktu shalat
dhuhur, mandi Jumat boleh dilakukan semenjak dini hari, setelah terbit fajar.
Mandi adalah simbol kebersihan dan kesucian diri. Setelah mandi, seseorang
dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik, terutama warna putih, sebelum
berangkat menuju shalat Jumat. Dalam hal ini, umat Islam diperingatkan untuk
menyambut hari istimewa itu dengan kesiapan dan penampilan yang juga istimewa.
Dalam Bidâyatul Hidâyah, Imam Abu Hamid
al-Ghazali menyebut hari Jumat sebagai hari raya kaum mukmin (‘îdul mu’minîn).
Imam al-Ghazali bahkan menyarankan agar umat Islam mempersiapkan diri menyambut
hari Jumat sejak hari Kamis, dimulai dengan mencuci baju, lalu memperbanyak
membaca tasbih dan istighfar pada Kamis petang karena saat-saat tersebut sudah
memasuki waktu keutamaan hari Jumat.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Hari Jumat juga menjadi semacam pertemuan
mingguan bagi umat Islam, karena di hari Jumatlah ada shalat berjamaah dan
khutbah Jumat. Setiap umat Islam laki-laki yang tak memiliki uzur syar’i wajib
‘ain melaksanakannya. Artinya, lebih dari sebatas berkumpul, Jumat adalah
momen bersatu persatuan umat sekaligus memupuk ketakwaan melalui
nasihat-nasihat positif. Tentu keutamaan ini bersamaan dengan asumsi bahwa
jamaah melaksanakan shalat Jumat dengan kesungguhan penuh, menyimak khutbah
secara baik, bukan cuma rutinitas sekali sepekan untuk sekadar menggugurkan
kewajiban.
Sunnah-sunnah
ibadah yang Nabi tuntunkan untuk dikerjakan di hari Jum’at sangatlah banyak.
Baik sunnah-sunnah secara umum, maupun terkait khusus bagi laki-laki yang
hendak melaksanakan shalat Jum’at. Antara lain;
1.
memperbanyak baca shalawat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ
الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ
فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ
أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang
banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat
nanti.” (HR. Baihaqi)
إِنَّ
مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ
الصَّلاَةِ فِيهِ
“Sesungguhnya hari kalian yang paling
utama adalah hari Jumat, maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari
tersebut.” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan sahih oleh al-Albani rahimahullah)
2. membaca Surat al-Kahfi,
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله
عليه وسلم- قَالَ : مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ
لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
Dari Abu
Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa
yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya
dengan cahaya di antara dua Jum’at.”(HR Hakim dalam Al-Mustadrok).
Surah ini yang sering kita lewatkan untuk membacanya.
Alangkah baiknya jika kita sudah terbiasanya membaca surah yasin, al waqiah dan
al Mulk (tabarak) pada malam/hari jumat kita tambahkan lagi surah al kahfi
untuk dibaca.
3. memperbanyak doa,
Dalam
ash-Shahihain terdapat hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at, lalu beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ
يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى
شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.”
“‘Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu
yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu
kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau
memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.”
Para ulama dari kalangan Sahabat,
Tabi’in dan setelah mereka berbeda pendapat tentang “waktu itu”, apakah
(perkara) waktu tersebut tetap ada (hingga saat ini) ataukah sudah dihapus?
Sementara bagi kelompok yang menyatakan bahwa waktu itu tetap ada, mereka
berselisih pendapat tentang penentuan waktu tersebut, seluruhnya menjadi lebih
dari menjadi tiga puluh pendapat. Semua itu dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
al-‘Asqalani رحمهما الله beserta dengan
dalil-dalilnya. Dari semua pendapat itu, terdapat dua pendapat yang paling
kuat.
Pertama, bahwa waktu itu dimulai dari duduknya khatib sampai pelaksanaan shalat
Jum’at. Di antara dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
kitab Shahihnya,
“عَنْ أَبِي بُرْدَةَ
بْنِ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أنَّ عَبْدَ اللهِ
بْنُ عُمَرَ c قَالَ لَهُ: أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ ؟ قَالَ : قُلْتُ
نَعَمْ. سَمِعْتُهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ.”
Dari Abu Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari bahwa
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah
mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu
ijaabah pada hari Jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, ‘Aku menjawab, ‘Ya, aku
mendengar ayahku mengatakan bahwa, ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu
waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’”
Di antara orang yang menguatkan pendapat
ini adalah Imam an-Nawawi rahimahullah. Bahkan dia mengatakan, “Pendapat ini
shahih, bahkan shawaab (benar),” Sedangkan Imam as-Suyuthi rahimahullah
menentukan waktu yang dimaksud (dengan waktu tersebut), adalah ketika shalat
didirikan.”
Kedua, bahwa batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘Ashar. Di
antara argumentasinya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sebagian penulis
kitab Sunan, dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, dari Nabi. Beliau
bersabda,
“يَوْمُ الْجُمُعَةِ
اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ
شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.”
“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak
ada seorang Muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut
melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa)
akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘Ashar.”
Sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah
dari tersamarnya waktu ini adalah memotivasi para hamba agar bersungguh-sungguh
dalam memohon, memperbanyak do’a dan mengisi seluruh waktu dengan beribadah,
seraya mengharapkan pertemuannya dengan waktu yang penuh barakah itu.”
4. Memperbanyak sedekah;
Di
dalam bab “Hal-hal yang Diperintahkan di Hari dan Malam Jumat” di kitab al-Umm,
Imam al-Syafi’i meriwayatkan hadits:
بَلَغَنَا عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى أَنَّ رَسُولَ
اللهِ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ فَإِنِّي أُبَلَّغُ وَأَسْمَعُ قَالَ وَيُضَعَّفُ فِيهِ الصَّدَقَةُ
“Telah
sampai kepadaku dari Abdillah bin Abi Aufa bahwa Rasulullah bersabda,
‘Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari Jumat sesungguhnya shalawat itu
tersampaikan dan aku dengar’. Nabi bersabda, ‘Dan di hari Jumat pahala
bersedekah dilipatgandakan’.” (Imam al-Syafi’i, al-Umm, juz 1, hal. 239).
Hal inilah yang diyakini
pemuda-pemudi yang ada di Amuntai sehingga mereka membentuk kegiatan yang dinamai
Sijum (Sedekah Nasi Bungkus Hari Jumat). Mereka membagikan nasi bungkus kepada
mereka yang membutuhkannya. Kegiatan mereka ini sudah memasuki tahun ketiga.
Dan kita doakan kegiatan mereka tetap berlanjut sampai kapanpun.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Dengan demikian, umat Islam seolah
diajak untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari khusus untuk memperbanyak
ibadah. Tidak jarang, Jumat dijadikan oleh para ulama untuk mengistirahatkan
diri sejenak dari hiruk-pikuk kesibukan duniawi, untuk mengkhususkan diri
beramal saleh di hari Jumat. Sebagaimana dilakukan Rasulullah, hari Jumat bukan
semata untuk meningkatkan ritual ibadah kepada Allah tapi juga berbuat baik
kepada sesama, seperti bersilaturahim, berempati kepada orang yang kena
musibah, dan lain-lain.
Cukuplah enam hari kita sibuk dan larut
dalam kesibukan duniawi. Apa salahnya menyisihkan satu hari untuk menyegarkan
kondisi rohani kita agar tidak layu, kering, atau bahkan mati. Semoga khatib
al-faqir dan jamaah sekalian dapat melaksanakan anjuran ini dengan
sungguh-sungguh dan penuh kesadaran diri.
sehingga kita dapat meraih pahala dan ganjaran yang besar
sehingga kita dapat meraih pahala dan ganjaran yang besar
فإذا قرئ القران فاستمعوا لعلكم ترحمون.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ
لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا
الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، ونفعَنِي وإياكم بالأيات و الذِكر الحكيم، وَتَقَبَلَّ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وأَسْتَغْفِرُ
اللهَ العظيمَ لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات و المؤمنين والمؤمنات فاستغفرُوْه، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ
وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا
إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.فقال تعالى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اللهم وفقنا لما تحبه
و ترضاه. اللهم اجعل هذا البلد آمنا وارزق أهله حلالا طيبا مباركا. اللهم ارزقنا إماما
عادلا 3x
ولا
تسلطنا من لا يخافك ولا يرحمنا برحمتك يا أرحم الراحمين
اللهم انْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنِ واخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المسلمين
اللهم أَعِزَّ الإسلامَ
و المسلمين و أَهْلِكِ الكَفَرَةَ و المشركين أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدين، اللهم شَتِّتْ
شَمْلَهُمْ ومَزِّقْ أقدامَهم و أَلْقِ فى قلوبهم الرُّعْبَ إنك على كل شيئ قدير
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللَّهُمَّ انْصُرِ
إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، وَفِيْ فِلِسْطِيْنَ،
وَفِيْ أَفْرِيْقِيَا، وَفِيْ مِيَنْمَارَ وَ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ
فِيْ كُلِّ بِقَاعِ الأَرْضِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ الله
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ.
واسئَلُوْه مِن فضله يُعطِكم، وَلَذِكْرُاللهِ أجلُّ و اَكْبَرُ، واللهُ يعلمُ ما تَصنَعُوْن،
أَقِيْمُوا الصلاة
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/101421/khutbah-jumat-keistimewaan-hari-jumat-yang-kerap-dilupakan
Post a Comment