Artikel ini dimuat dalam jurnal Al Maqoyis 2016 Vol 3 No 1. Silakan Klik DISINI
Oleh: Hasan•
Abstrak
Dewasa ini
media pelajaran sangat berkembang dengan pesatnya, baik harganya yang murah
bahkan sampai mahal pun ada. Ketika media yang kita inginkan tidak dapat
dibeli karena alasan financial yang belum mencukupi atau alasan yang lain.
Itu tentunya tidak bisa dijadikan alasan untuk menghadirkan media yang dapat
digunakan ketika sedang dalam pembelajaran. Untuk sekolah yang anggaran
belanja untuk media yang sedikit tidak perlu khawatir. Hal itu bisa disiasati
dengan mengoptimalkan media pembelajaran yang sudah ada di sekolah/kelas. Setiap
sekolah bisa dipastikan memiliki media papan tulis. Ketika sebuah media
dioptimalkan penggunaannya oleh guru di kelas seperti halnya papan tulis, maka
hasilnya pun akan menggembirakan.
Untuk itu kreatifitas dan inovasi seorang guru mutlak diperlukan dan
ditingkatkan guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci:
Optimalisasi,
media, guru
|
Pendahuluan
Dalam hal
pembelajaran bahasa asing, tidak dapat kita pungkiri bahwa media pengajaran
bahasa Inggris jauh lebih baik dan bagus ketimbang dengan media pengajaran
bahasa asing lainnya khususnya bahasa Arab. Walaupun tidak serta merta disebut
bahwa media pengajaran bahasa Arab tertinggal dengan bahasa Inggris. Seharusnya
kelebihan media pengajaran bahasa Inggris yang dikatakan lebih maju tersebut
dapat diterapkan dalam media pengajaran bahasa manapun khususnya bahasa Arab.
Dengan
kemajuan teknologi sekarang yang semakin pesat seperti internet. Internet juga
berfungsi sebagai alat informasi yang selalu memberikan perkembangan yang
selalu up to date bagaimana penggunaan media dalam pengajaran bahasa
Inggris di wilayah Eropa misalkan dapat serta merta kita ketahui dari internet.
Informasi tentang pengajaran bahasa Inggris yang menurut kita baik dapat
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab selayaknya kita ambil dan kita
kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran bahasa Arab.
Ada anggapan
yang menyatakan bahasa Arab merupakan bahasa yang sulit dipelajari[1]
baik itu dari segi kalimat (kata dalam bahasa Indonesia) maupun dari segi yang
lainnya. Ketika anggapan tersebut sudah masuk dalam otak bawah sadar siswa,
bagaimana pun mudahnya masih saja dikatakan sulit. Kesulitan tersebut biasanya
diawali dengan sedikitnya atau bahkan tidak ada sama sekali pemerolehan bahasa
Arab siswa disamping permasalahan-permasalahan yang lainnya.
Dalam sebuah cover belakang kamus saku bahasa
Indonesia Arab Inggris yang berjudul Hilyah ditulis sebuah kalimat yang sangat
menarik bagi saya yaitu “The limit of your language is the limit of your
word”.[2]
Yang artinya batas bahasamu adalah batas duniamu, dalam artian bahasa dapat
dijadikan sebuah alat untuk berkomunikasi. Bahkan ada
yang berpendapat, jika kita mengerti bahasa suatu bangsa maka kita akan selamat
dari kejahatan mereka.
Ketika
didapati pemerolehan bahasa Arab siswa masih rendah, guru dapat menempuh
beberapa strategi untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan
pengoptimalisasian media khususnya media 2 dimensi non proyeksi yang
dikhususkan untuk meningkatkan pemerolehan bahasa (iktisab al-lughah/language
acquisition) Arab siswa khususnya bagi sekolah yang masih memiliki dana
pembelian media canggih. Ketika pemerolehan bahasa Arab siswa semakin baik akan
semakin baik pula kemampuan berbahasa Arabnya apakah baik itu dari segi qiraah
maupun kitabah.
Kemajuan ilmu
pendidikan dan teknologi khususnya teknologi informasi sangatlah berpengaruh
terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan
tersebut guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media bukan saja dapat mempermudah dan
mengefektifkan proses pembelajaran tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran
lebih menarik. Kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar sering penggunaan
media diabaikan atau seringkali guru khususnya di daerah masih menggunakan
pengajaran konvensional dan metode ceramah tanpa menggunakan media dalam
pembelajarannya sehingga siswa sering mengantuk dan tidak mendapatkan apa-apa.
Sekolah hanya dijadikan sebagai aktivitas seremonial atau kegiatan yang memang
sudah harus dilalui dalam proses siklus kehidupannya. Untuk itulah pada dewasa
ini guru dituntut untuk memahami peranan media di dalam proses mendapatkan
pengalaman belajar bagi siswa, menambah motivasi siswa dan yang lebih penting
lagi adalah bahwa optimalisasi penggunaan media diarahkan untuk mempermudah
siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran apapun terlebih bahasa
Arab.
Dalam proses
belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena
dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan pelajaran yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Pengertian Optimalisasi Pengoptimalan dan Media 2 Dimensi Tanpa Proyeksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengoptimalan berasal dari kata
optimal yang diberi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti proses, cara,
perbuatan mengoptimal-kan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan lain
sebagainya).[3] Dalam arti
lain optimalisasi adalah cara yang ditempuh untuk menjadikan sesuatu dalam hal
ini media menjadi terbaik. Meminjam teori ekonomi yakni bagaimana dengan modal
seminimal mungkin dapat meraup keuntungan semaksimal mungkin. Begitu pun halnya
dengan media, bagaimanapun terbatasnya media yang digunakan guru tetapi
dipergunakan secara seksama akan menghasilkan pemahaman siswa menjadi lebih
baik.
Pengertian
media banyak sekali kita temukan di banyak literatur pendidikan. Secara bahasa,
media berasal dari bahasa latin yakni medium yang diartikan sebagai
perantara, penengah. Sedangkan dalam bahasa Arabnya adalah وسيلة
ج وسائل
artinya
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[4]
Bahkan para pakar pendidikan yang bergabung dalam organisasi juga
mendefenisikan arti media seperti Association of Education and Communication
Technology (AECT) di Amerika mendefenisikan media dengan segala sesuatu bentuk
dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi, sedangkan
National Education Association (NEA) mendefenisikan media dengan bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.[5]
Namun dari berbagai definisi yang diutarakan dapat dipahami media adalah alat
bantu apa saja yag dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pengajaran.[6]
Media yang termasuk ke dalam media 2 dimensi
adalah papan tulis, grafik, chart atau bagan, peta, diagram, poster, karikatur, kartu, komik, gambar, photo, buku, majalah, diktat,
makalah dan lain-lain. Media-media ini jika digunakan
dengan sungguh-sungguh dalam pengajaran bahasa Arab tidak kalah dengan media
multi media yang notabene sudah canggih. Dalam makalah ini lebih difokuskan
dalam pembahasan penggunaan papan tulis dan kartu sebagai media pengajaran
bahasa Arab.
Pemanfaatan
Media 2 Dimensi non Proyeksi dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam hal
pembelajaran bahasa asing, tidak dapat kita pungkiri bahwa media pengajaran
bahasa Inggris jauh lebih baik dan bagus ketimbang dengan media pengajaran
bahasa asing lainnya khususnya bahasa Arab. Walaupun tidak serta merta disebut
bahwa media pengajaran bahasa Arab tertinggal dengan bahasa Inggris. Seharusnya
kelebihan media pengajaran bahasa Inggris yang dikatakan lebih maju dan baik
tersebut dapat diterapkan dalam media pengajaran bahasa manapun khususnya
bahasa Arab.[7]
Dengan
kemajuan teknologi sekarang yang semakin pesat seperti internet. Internet juga
berfungsi sebagai alat informasi yang selalu memberikan perkembangan yang
selalu up to date bagaimana penggunaan media dalam pengajaran bahasa
Inggris di wilayah Eropa misalkan dapat serta merta kita ketahui dari internet.
Informasi tentang pengajaran bahasa Inggris yang menurut kita baik dapat
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab selayaknya kita ambil dan kita
kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran bahasa Arab. Khususnya
kepada seluruh guru dan dosen bahasa Arab agar dapat memanfaatkan media
internet untuk mengumpulkan infomasi-informasi yang berharga dan selanjutnya
dapat diterapkan ke dalam pengajaran bahasa Arab.
Menurut
Hamalik, banyak tenaga pengajar yang masih keliru tentang penggunaan media
sebagai alat bantu guru untuk mengajar lebih efisien yang seharusnya segera
dihilangkan. Lanjut dia, media itu sebenarnya adalah alat bantu pengajaran yang
lebih banyak berguna membantu siswa belajar ketimbang membantu guru mengajar.
Itu sebabnya mempelajari masalah media tidak bisa asal-asalan.penggunaan media
pengajaran harus terpusat pada siswa, sebab media berfungsi membantu siswa
belajar agar lebih berhasil.[8]
Proses
belajar-mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi tersebut tiga komponen yang penting yang memainkan perannya yaitu:
pesan yang disampaikan dalam hal ini adalah kurikulum, komunikator dalam hal
ini adalah guru, dan komunikan dalam hal ini adalah siswa. Agar proses
komunikasi berjalan dengan lancar atau berlangsung secara efektif dan efisien
diperlukan alat bantu yang disebut media pengajaran. Walaupun tanpa media pengajaran
sekalipun, proses belajar mengajar dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan
akan tetapi hasil yang diperoleh tidak sama dengan yang diharapkan.
Penggunaan
media dalam pengajaran bahasa khususnya bahasa Arab sangat membantu sekali
dalam proses pembelajarannya. Media tidak hanya berguna bagi anak-anak, bahkan
bagi orang dewasa sekalipun. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa
penggunaan media dalam pengajaran bahasa Arab sangat efektif, sayangnya tidak
banyak guru yang menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas. Banyak
hal yang menjadi alasan tidak digunakannya dalam proses pengajaran, salah satu
diantaranya adalah karena menurut guru, penyediaan media pengajaran membutuhkan
biaya dan waktu yang tidak sedikit. Dalam hal ini guru tidak mau banyak
mengambil risiko, sehingga pengajaran bahasa menjadikan siswa cepat bosan
karena monoton (itu-itu saja) tidak banyak variasi pengajaran yang
dipraktikkan.[9]
Sering terjadi
dalam sebuah pengajaran, siswa merasa bosan dan malas mempelajari materi yang
disampaikan guru. Tidak sedikit pula muncul pula keluhan dari siswa yang merasa
bingung dan tidak paham akan materi yang disampaikan walaupun guru telah berusaha
sedemikian kuat menerangkan materi. Ironisnya lagi, terkadang juga keluhan dari
siswa tersebut tidak ditanggapi dan diatasi secara benar dan tepat oleh guru,
sehingga prestasi belajar mereka rendah dan bahkan mematikan semangat mereka
dalam mempelajari sebuah pelajaran. Keadaan semacam ini tidak hanya terjadi
dalam pelajaran bahasa Arab bahkan seluruh pelajaran yang ada.
Media pertama yang dibahas
pengoptimalisasiannya adalah media papan tulis. Siapa yang tidak mengenal media
semacam ini, semua orang yang pernah mengecap bangku sekolah maupun perkuliahan
sudah pasti akan mengenalnya bahkan dapat dikatakan media ini media yang sudah
tidak asing lagi dan media yang merakyat. Dari sekolah minim peralatan bahkan
sekolah modern sekalipun sudah dipastikan mempunyai media semacam ini samai
sekarang.
Selain papan tulis digunakan untuk menulis dan
melukis, juga dapat digunakan untuk menempelkan atau menayangkan mufradat
bahasa Arab atau informasi lain bahkan juga dapat digunakan untuk menjadi pengganti layar dari slide OHP maupun
LCD proyektor. Dalam pengajaran bahasa Arab, papan tulis sangat berguna untuk
menayangkan hampir semua aspek pelajaran. Mulai dari sekedar menulis
mufradat/kosa kata sampai kepada penulisan naskah cerita (qishah).[10]
Permasalahan yang biasanya terjadi ketika
penggunaan papan tulis menjadi media ajar. Pemanfaatan papan tulis umumnya
hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan guru untuk menulis dan bukan pada
prinsip penciptaan kesan dan pesan yang mengandung informasi bagi siswa.
Masalah ini timbul karena guru kurang bahkan tidak memberikan perhatian serius
dalam pemanfaatannya secara optimal dan tentu saja siswa pun tidak mendapatkan
hasil yang maksimal.
Masalah yang lain adalah ada juga guru
memanfaatkan papan tulis tetapi informasi yang ditulis tersebut tidak
sistematis bahkan berantakan, dan ini hanya akan menjadikan siswa bingung.
Tentunya hal ini tidak kita inginkan sama sekali.
Hermawan mengutip perkataan Abdul ‘Alim Ibrahim,
“bahwa guru yang tidak baik dalam menggunakan papan tulis sama dengan setengah
guru”[11].
Atau dengan kata lain, guru tersebut bukanlah guru yang sebenarnya.
Ada beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam
mengoptimalkan media papan tulis yakni:[12]
1.
Biasakan
mengawali pelajaran dengan papan tulis bersih. Hal ini menunjukkan bahwa guru
yang akan mengajar siap melaksanakan tugas, juga menghemat waktu ketika akan
menuliskan sesuatu di papan tulis.
2.
Tuliskan topik
pelajaran di bagian atas papan tulis dan biarkan untuk terus bisa dilihat siswa
karena mereka akan fokus dan tidak perlu lagi bertanya-tanya tema apa yang
dibahas.
3.
Sediakan
tempat kosong di papan tulis agar kita bisa menuliskan kata-kata kunci. Jika
guru menuliskan semua pelajaran di papan tulis, waktu akan terbuang percuma,
seharusnya penjelasan gurulah yang diperhatikan bukannya mencatat pelajaran di
papan tulis.
4.
Hindarkan
memenuhi papan tulis dengan terlalu coretan, garis, gambar yang membuat siswa
bingung. Usahakan tulisan guru ditulis dengan jelas dan mudah dibaca siswa.
5.
Hindari selalu
berdiri dengan apa yang kita tuliskan di papan tulis, karena hal ini akan
menghalangi siswa mencatat apa yang guru tulis.
6.
Hapuslah
seluruh kata-kata, gambar, bagan di papan tulis yang memang akan kita hapus
agar tidak membuat siswa bingung.
7.
Pada saat
menulis biasakanlah untuk tidak berbicara sambil menulis, guru baru berbicara
ketika selesai menulis.
Untuk mengecek sudah berapa jauh guru berhasil
mengoptimalkan papan tulis, maka guru bisa mengeceknya dengan melihatnya dari
jarak-jarak tertentu di sela-sela waktu melakukan pengajaran.
Media selanjutnya yang dibahas pengoptimalisasiannya
adalah media kartu. Media kartu adalah media visual yang merupakan bagian dari
media sederhana. Pengertian kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk
berbagai keperluan) atau juga dapat ditentukan sendiri oleh guru. Penggunaan
media gambar dan kartu sangat cocok
dengan karakteristik siswa usia SD kelas IV-VI yang notabene masih anak-anak.
Menurut teori psikologi pendidikan anak pada usia ini tengah berada pada tahap concreteoperatioanl
(8-11 tahun) oleh karena itu mereka memerlukan banyak ilustrasi, model,
gambar dan kegiatan lainnya.
Jenis media kartu ini adalah termasuk dalam
jenis media 2 dimensi non proyeksi yang hanya mempunyai dimensi panjang dan
lebar
Jenis media kartu adalah pertama, kartu
pertanyaan dan jawaban (Bithoqah al- Asilah wa al- Ijabah). Penggunaan
kartu ini biasanya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap teks. Kedua,
kartu penyempurna (Bithoqah al- Takmilah). Penggunaan kartu ini juga
untuk melihat tingkat pemahaman siswa. Ketiga, kartu kosa kata (Bithoqah al- Mufrodat).
Kegunaannya adalah untuk menjelaskan kosa kata baru atau kalimat-kalimat yang
dianggap sulit dan penting. Keempat, kartu tiruan (Bithoqah al
-Mushoghor). Kartu ini dibuat dengan cara menempelkan cheek bank,
jadwal pelajaran, jadwal penerbangan, jadwal kereta, formulir pendaftaran atau
formulir-formulir lain yang dikecilkan.[13]
Media kartu
dapat digunakan dalam pelajaran bahasa Arab dalam melatih kemahiran berbicara (maharah
al-Kalam) dan kemahiran membaca (maharah al-Qiraah) bahkan menambah
dan memperkaya mufradat yang ada . Di antara cara yang dapat digunakan dalam
optimalisasi media kartu dengan dikolaborasikan dengan permainan baik berkelompok
maupun perorangan.
Pengoptimalisasian
media kartu dapat dipraktikkan melalui
permainan bahasa (al al’ab al-lughawiyah) seperti penggunaan kartu.
Permainan bahasa merupakan salah satu metode dalam pengajaran bahasa Arab yang
telah banyak dipraktikkan di mayoritas negara dan mereka menyambutnya dengan
positif. Bahkan permainan bahasa yang dikolaborasikan dengan media yang sesuai
dengan pelajaran merupakan cara yang paling baik dalam membantu pengajar
memberikan pemahaman terhadap siswa serta memudahkan bagi mereka untuk mengerti
pelajaran.[14] Selain itu, dalam melakukan permainan, guru
perlu mengadakan permainan di luar kelas, karena pengajar tidak selalu di dalam
kelas. Hal ini dilakukan agar siswa lebih rileks dan tidak jenuh dalam kelas,
sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.
Permainan
bahasa merupakan sarana pengajaran baru dalam pengajaran bahasa Arab dan perlu
diingat bahwa permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau
mengevaluasi hasil belajar siswa, akan tetapi digunakan sebagai langkah
pendekatan dalam pembelajarannya. Untuk evaluasi dapat digunakan cara dan
metode yang lainnya.
Pada dasarnya
permainan mengajarkan adanya unsur kerjasama atau kerja tim (team work)
yang satu sama lain harus saling memahami. Sebuah kerja tim yang bertujuan
untuk mencapai tujuan bersama. Di samping
itu belajar memahami makna sportivitas.
Ada asumsi
yang ada di kalangan pelajar, bahwa permainan dalam pengajaran bahasa Arab
hanya cocok untuk usia anak-anak, padahal ada beberapa permainan bahasa yang
cocok untuk usia-usia muda bahkan usia tua. Karena ada sesuatu hal yang tidak
akan didapat ketika metode yang digunakan belajar bahasa dengan selain
permainan bahasa.
Media kartu
termasuk media visual seperti halnya media gambar dan materi-materi lain yang
dapat dilihat. Media kartu termasuk salah satu media sederhana yang dapat
dengan efektif membantu proses belajar, terutama belajar bahasa. Dimana dengan
adanya kartu yang berisikan tulisan atau gambar-gambar akan meningkatkan minat
dan motivasi siswa dalam belajar.
Pada penggunaan media kartu, kita mengenal salah satu model kartu yang populer yaitu “flashcards”. Flashcards adalah kartu yang berisikan gambar, kata, frasa dan lain-lain. Kartu ini dikenal dengan nama flash yang berarti secepat kilat, karena penggunaan kartu ini adalah dengan cara memperlihatkan apa yang ada di atas kartu dengan cepat (flash).
Pada penggunaan media kartu, kita mengenal salah satu model kartu yang populer yaitu “flashcards”. Flashcards adalah kartu yang berisikan gambar, kata, frasa dan lain-lain. Kartu ini dikenal dengan nama flash yang berarti secepat kilat, karena penggunaan kartu ini adalah dengan cara memperlihatkan apa yang ada di atas kartu dengan cepat (flash).
Untuk
mempelajari dan memperkaya kosa kata bahasa Arab, penggunaan media kartu sangat
mendukung karena siswa dapat mempelajari dan menghafal kosa kata sedikit demi
sedikit secara rutin melalui kartu yang mudah dan penggunaannya yang praktis,
dimana guru dapat secara langsung membawa media kedalam kelas dan menyajikannya
tanpa terpaku pada buku teks yang ada. Media kartu (flash cards) dapat
membantu guru dalam proses belajar bahasa Arab khususnya tentang penguasaan dan
pemahaman kosa kata. Pengembangan media kartu sebagai media instruksional pada
mata pelajaran bahasa Arab diharapkan dapat mamberikan pengaruh yang positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam peningkatan
kemampuan siswa. Selain itu media kartu atau flash cards dapat digunakan
dengan cara yang rekreatif, misalnya pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati kartu yang
ditunjukkan satu persatu dan kemudian bagi siswa yang bisa menjawab boleh
langsung mengambil kartu-kartu tersebut dengan sistem permainan ini akan bisa
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam mempelajari kosa kata
bahasa Arab.…………………………….
Penggunaan media gambar dan kartu kata
di dalam kelas dapat dilakukan dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran. Misalnya keterampilan yang ingin dicapai atau unsur bahasa
yang manakah yang ingin dikuasai. Tujuan-tujuan itu harus sudah direncanakan
sebelum menentukan model gambar dan kartu yang akan dipakai dalam proses
pengajaran di kelas. Untuk kemahiran berbicara misalnya, kartu yang diperlukan
adalah kartu yang berisis dialog yang dibagikan secara berpasangan dengan
bentuk kartu yang lebih kecil. Sedangkan untuk kemahiran menulis, kartu dibagi
perseorangan sesuai dengan model latihan yang diinginkan tujuan pembelajaran.
Untuk kemahiran mendengar atau menyimak
dibutuhkan kartu dengan tulisan yang terkait dengan isi bacaan.
Khsusus untuk penggunaan kartu dalam kemahiran
menyimak atau mendengar dapat dilakukan guru dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Bagikan
potongan-potongan kartu yang di dalamnya dilengkapi dengan alternatif jawaban
benar atau salah (B/S).
2.
Perdengarkan
bacaan teks atau nash melalui kaset atau compact disk (CD) dan
siswa ditugaskan untuk menangkap isi bacaan secara umum.
3.
Setelah bacaan
selesai, para siswa diminta membaca pernyataan-pernyataan yang telah dibagikan,
kemudian memberikan jawaban-jawaban benar atau salah terhadap isi bacaan yang
didengar. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan yang didengar
berarti benar, dan jika tidak sesuai maka jawabannya salah.
4.
Mintalah
masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.
5.
Perdengarkan
sekali lagi kaset tersebut agar masing-masing siswa dapat mencocokkan kembali
jawaban yang telah ditulis.
6.
Berikan
klarifikasi terhadap semua jawaban tersebut agar semua siswa mengetahui
kebenaran dari jawaban mereka masing-masing.[15]
Menurut
pendapat Rosyidi strategi yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan media dalam
pengajaran dibagi menjadi 3 macam yakni pertama, persiapan sebelum
menggunakan media, kedua, kegiatan selama menggunakan media dan ketiga,
kegiatan setelah menggunakan media.[16]
Persiapan
sebelum menggunakan media adalah:
1.
Supaya
penggunaan media dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibuat persiapan yang
baik pula, pertama-tama harus dipelajari buku petunjuk yang telah disediakan,
kemudian ikuti petunjuk yang sudah ada. Hal ini lebih-lebih dengan media
elektronik yang memerlukan perawatan yang sulit.
2.
Peralatan yag
diperlukan untuk menggunakan media tersebut juga dipersiapkan sebelumnya.
3.
Bila media itu
digunakan secara berkelompok sebaiknya tujuan yang akan dicapai dibicarakan
dahulu dengan semua anggota kelompok. Hal itu penting supaya perhatian dan
pikiran terarah ke hal yang sama.
4.
Peralatan
media perlu ditempatkan dengan baik sehingga dapat dilihat dan didengar oleh
siswa sehingga semua siswa dapat memperoleh kesempatan melihat dan mendengar
ketika media tersebut digunakan dalam pengajaran.
Kegiatan
selama menggunakan media adalah selama dalam penggunaan media suasana dan
kondisi mendukung dalam penggunaan media dalam artian suasananya harus dalam
keadaan tenang. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi siswa dan guru harus dihilangkan. Kalau memungkinkan ruangan jangan
digelapkan sama sekali, supaya masih dapat menulis bila dijumpai hal-hal
penting yang perlu diingat dan selanjutnya ditulis. Perlu diingat pula dalam
menggunakan media hendaknya tidak terlalu lama untuk ditampilkan dihadapan
siswa, hal itu akan membuat kejenuhan pada siswa.
Kegiatan
setelah menggunakan media adalah melakukan evaluasi terhadap tingkat
keberhasilan pengunaan media yang telah digunakan dan menentukan
langkah-langkah selanjutnya untuk mengembangkan media yang ada. Apabila
sekiranya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan maka media
yang telah digunakan dapat ditinggalkan dan sebaliknya dapat ditingkatkan lagi
dalam penggunaannya sehingga media tersebut dapat terus berkembang
Di dalam pengajaran bahasa Arab untuk anak
usia MI, media ini dipilih karena dapat merangsang minat dan perhatian siswa.
Selain itu, gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat dapat membantu
siswa dalam mengingat informasi bahan-bahan verbal yang apabila yang akan
diajarkan menyangkut konsep tentang warna, maka gambar-gambar berwarna sangat
tepat digunakan dan ini akan lebih menarik perhatian siswa. Pelajaran bahasa
Arab di MI yang notabenenya masih tergolong usia anak-anak, memerlukan strategi
khusus yang sesuai dengan jiwa dan karakteristik anak yaitu belajar sambil
bermain atau bermain sambil belajar. Salah satunya adalah dengan menggunakan
media gambar atau kartu kata. Media tersebut dapat menarik perhatian anak-anak
yang memang suka pada gambar-gambar dan permainan (dalam hal ini berupa kartu
kata). Mereka akan belajar dengan senang sehingga tidak merasa bosan atau jenuh
dan akan lebih giat dan semangat dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.
Dalam psikologi pendidikan dikenal adanya
empat tahap perkembangan yaitu: (1) sensorimotor stage (lahir sampai
usia 2 tahun),(2) preoperational stage (2-8 tahun), (3) concreteoperational
(8-11 tahun), dan (4) formalstage (11-15 tahun ke atas). Jadi
apabila anak MI belajar bahasa Arab mulai kelas IV maka mereka sedang dalam
tahap concrete operational dan oleh karena itu mereka memerlukan banyak
ilustrasi, model, gambar, dan kegiatan-kegiatan lain. Hal ini dipertegas
dalam Suyatno yang mengatakan bahwa ada tiga sumber perhatian untuk anak-anak
di dalam kelas yaitu gambar, cerita, dan permainan.[17]
Anak-anak senang melihat gambar terutama yang menarik, jelas, dan berwarna.
Demikian pula anak senang mendengar cerita, dan suka membaca apalagi bila
dilengkapi dengan gambar-gambar. Belajar bahasa sambil bermain merupakan
kegiatan yang menyenangkan bagi mereka atau sering disebut dengan recreationaltime
out activities.
Penutup
Media
apapun yang digunakan dalam pengajaran bahasa Arab jika
dioptimalkan seoptimal mungkin juga akan menghasilkan hasil yang semaksimal
mungkin juga. Seperti media 2 dimensi non proyeksi dalam hal ini papan tulis
dan kartu. Penggunaannya bisa dikolaborasikan dengan teknik permainan bahasa
atau belajar di luar kelas. Sehingga pembelajaran
bahasa Arab di kelas semakin menarik dan tentunya akan meningkatkan hasil
belajar siswa
Media pengajaran adalah suatu bagian yang integral
dari proses pengajaran di kelas. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, guru
harus mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan media pengajaran baik sebagai
alat bantu pengajaran maupun sebagai pendukung agar materi/isi pelajaran
semakin jelas dan dengan mudah dapat dikuasai siswa. Media pengajaran bahasa
Arab semakin banyak kuantiasnya dan diharapkan begitu juga dengan kualitas yang
diberikan.
Walaupun satu media saja yang dimiliki tapi guru dapat
mengoptimalkan media tersebut dengan sebaik-baiknya. Seorang guru harus
mengetahui media yang mana harus dipilih sesuai dengan tujuan pengajaran yang
ingin dicapai, bila hal tersebut telah dipenuhi akan memudahkan dalam strategi
dan metode pengajaran mana yang digunakan dan keoptimalan sebuah media pun
dapat terpenuhi serta dalam optimalisasi media dalam pengajaran jangan
lupa mengikutsertakan kreativitas siswa
dam menuangkan ide dan saran mereka sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai
sesuai dengan yang diharapkan.
Jika
pengajaran bahasa Arab dilaksanakan dengan baik maka stigma negatif bahasa Arab
sebagai salah satu bahasa yang susah dipelajari sedikit demi sedikit akan
hilang dengan sendirinya. Wallahu a’lam bi al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT
Rineka Cipta: 2006)
Hamalik,
Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta:Bumi Aksara: 2010)
Hamid, Abdul at
all, Pembelajaran Bahasa Arab; Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan
Media (Malang: UIN Malang Press: 2008)
Hanifansyah,
M. Nur, Hilyah Mutiara Ilmu Peribahasa Arab dan Inggris, (Surabaya:
Imtiyaz, 2013)
Hermawan, Acep,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Rosdakarya, 2011)
Mushtafa, Abd
Aziz, Naship, al- Al’ab al-Lughawiyyah fi Ta’lim al-Lugat al-Ajnabiyyah Ma’a
Amstilat Lita’lim al-‘Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqin Biha (Riyadh:
Al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Sa’udiyyah: 1983)
Mustofa, Syaiful,
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN Malang Press: 2011)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka: 2007)
Rosyidi, Abdul
Wahab, Media Pengajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press:
2009)
Sadiman, Arief. S. at all, Media
Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada: 2007)
Suyanto,
Kasihani, Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (naskah pidato
pengukuhan) (Malang: Universitas Negeri Malang: 2004).
Wahab, Muhbib
Abdul, Pemikiran Tammam Hassan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta:
UIN Jakarta Press: 2009)
*Penulis adalah dosen
Sekolah Tinggi Ilmu AlQuran (STIQ) Amuntai dan STIPER
(Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai Kalimantan Selatan. Menyelesaikan S2 di
SPs UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
[1]Stigma negatif tentang sulitnya belajar bahasa
Arab sebenarnya merupakan propaganda Barat/kolonialis agar umat Islam sedikit
demi sedikit menjauhi agamanya, karena bahasa Arab adalah bahasa Al Quran
sehingga bila umat Islam jauh dengan Al Quran maka akan jauh pula dengan
agamanya. Lihat Muhbib Abdul Wahab, Pemikiran
Tammam Hassan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press,
hal 2
[2] M. Nur Hanifansyah, Hilyah Mutiara Ilmu
Peribahasa Arab dan Inggris, Surabaya: Imtiyaz, 2013
[3] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka: 2007) hal. 800.
[4] Abdul
Hamid, at all, Pembelajaran Bahasa Arab; Pendekatan, Metode, Strategi,
Materi, dan Media (Malang: UIN Malang Press: 2008) hal. 168.
[5] Arief. S. Sadiman, at all, Media
Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada: 2007) hal. 6-7.
[8] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:Bumi Aksara: 2010) Cet IX, hal
200-201.
[9] Abdul Wahab Rosyidi, Media Pengajaran
Bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press: 2009) hal. 20.
[10] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Rosdakarya, 2011) cet II,
hal 232.
[11] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab, hal 233. Lihat juga Abdul ‘Alim Ibrahim, Al Muwajjih al
Fanni li Mudarrisi Al Lughah Al ‘Arabiyyah, (Mesir: Dar Al Maarif, 1962)
hal 433.
[13] Abdul
Wahab Rosyidi, Media Pengajaran ,,. hal. 70-72.
[14] ‘Abd Aziz, Naship Mushtafa, al- Al’ab
al-Lughawiyyah fi Ta’lim al-Lugat al-Ajnabiyyah Ma’a Amstilat Lita’lim
al-‘Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqin Biha (Riyadh: Al-Mamlakah al-‘Arabiyyah
al-Sa’udiyyah: 1983) hal 7.
[15] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran
Bahasa Arab Inovatif (Malang: UIN
Malang Press: 2011) hal. 129-130.
[16] Abdul
Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran
Bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press: 2011) hal. 113-115. Lihat juga Abdul
Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran…., hal. 39-41.
[17] Kasihani
Suyanto, Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (naskah pidato
pengukuhan) (Malang: Universitas Negeri Malang: 2004) hal. 4.
Post a Comment