Sumber: https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ittihad/article/view/1932
KETERAMPILAN MENGAJAR BAHASA ARAB
MATERI ISTIMA MENGGUNAKAN MEDIA
LAGU
Oleh: Hasan*
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting
dalam kehidupan manusia. Secara kronologis fungsi bahasa adalah untuk
menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial dan juga sebagai alat untuk kontrol sosial. Dengan bahasa
seseorang akan melakukan komunikasi, baik ketika akan menyampaikan sesuatu yang
ada dalam benaknya maupun menerima kabar dari orang lain (Farid Permana, 2014,
79).
Keberhasilan proses pembelajaran bahasa
tentunya didukung oleh berbagai faktor, seperti motivasi, usia, faktor
penyajian formal, faktor bahasa pertama dan faktor lingkungan (Abdul Chaer,
2009, 251-257)
Menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan
seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan.
Menyimak dengan baik adalah keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing
atau bahasa ibu. Sehingga seseorang yang belum memiliki kemampuan ini, maka ia
tidak dapat mempelajari bahasa dengan baik dan berkurang kemampuannya (A. Wahab
Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, 2011, 83). Maka tidaklah heran apabila manusia
diciptakan Allah memiliki dua buah telinga dan satu buah mulut, karena
telingalah alat indera yang pertama kali dimanfaatkan manusia dan porsi untuk
menyimak lebih besar dibandingkan dengan berbicara.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta intrepretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak
disampaikan oleh si pembicara melalui ajaran atau bahasa lisan (Tarigan,
1985:19).
Dalam bahasa Arab mendengar dan menyimak
disebut istima’. Pengalaman penulis ketika mengajar materi istima’ dalam bahasa
Arab sulit dilakukan karena bahasa Arab itu merupakan bahasa asing di
Indonesia, sehingga tingkat menyimak ini adalah kegiatan yang memerlukan ketekunan
dalam mempelajarinya. Menyimak dalam bahasa Arab akan dapat dicapai melalui
suatu latihan-latihan, sehingga mampu membedakan bahasa lisan dan memahami
isinya. Hal ini beralasan bahwa bahasa Arab dalam hal menyimak harus memerlukan
latihan secara intensif dan kontinyu karena mayoritas dari kita agak sulit
dalam memahami dan mengerti bahasa Arab.
Keterampilan
menyimak (maharah al-istima’/listening skill) adalah kemampuan seseorang
dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara
atau med ia tertentu. Kemampuan ini sebenarnya dapat dicapai dengan latihan
yang terus menerus untuk mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi unsur-unsur
kata (fonem) dengan unsur-unsur lainnya menurut makhraj huruf yang betul baik
langsung dari penutur aslinya (al-nathiq al-ashli) maupun melalui
rekaman (Acep Hermawan, 2011:130).
Menyimak
adalah suatu keterampilan yang hingga sekarang agak diabaikan dan belum
mendapat tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa. Masih kurang sekali
materi berupa buku teks dan sarana lain, seperti rekaman yang digunakan untuk
menunjang tugas guru dalam pengajaran menyimak untuk digunakan di Indonesia.
Sebagai salah
satu keterampilan reseptif, keterampilan menyimak menjadi unsur yang harus
lebih dahulu dikuasai oleh pelajar. Memang secara alamiah pertamakali manusia
memahami bahasa orang lain lewat pendengaran, maka dalam pandangan konsep
tersebut, keterampilan berbahasa Asing yang harus didahulukan adalah menyimak.
Sedangkan membaca adalah kemampuan memahami yang berkembang pada tahap
selanjutnya.
Istima’ (menyimak)
adalah proses menerima sekumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam kosakata,
atau kalimat yang memiliki makna terkait dengan kata sebelumnya, dalam sebuah
topik tertentu. Istima’ juga dapat diartikan yaitu memahami berbagai
nuansa makna ragam teks lisan dengan ragam variasi tujuan komunikasi dan
konteks, Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansur mendefinisikan istima’: Yaitu
proses mendengarkan dengan serius kode-kode bahasa yang diucapkan kemudian
ditafsirkan (A. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, 2011, 84).
Bahasa Arab merupakan bahasa manusia atau
produk budaya Arab. Ia bukan bahasa Tuhan atau malaikat, meskipun kalam Allah
(Alquran) diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab. Sebagai produk
dan sistem budaya, bahasa Arab mempunyai dimensi akademik, humanistik, dan
pragmatik. Ia tunduk pada sistem linguistik yang telah menjadi kesepakatan
penutur bahasa ini, baik sistem fonologi (ashwat), morfologi (sharf),
sintaksis (nahwu) dan semantik (dilalah). Oleh karena itu, studi
dan kajian terhadap bahasa Arab sangat menarik baik dari segi linguistik,
maupun kajian terapan seperti psikolinguistik (ilmu psikologi dan linguistik)
dan sosiolinguistik (ilmu sosial dan linguistik) serta aspek pembelajaran
bahasa Arab itu sendiri (Ahmad Muradi, 2015: 2).
Ada anggapan
yang menyatakan bahasa Arab merupakan bahasa yang sulit dipelajari baik itu
dari segi kalimat (kata dalam bahasa Indonesia) maupun dari segi yang lainnya. Stigma
negatif tentang sulitnya belajar bahasa Arab sebenarnya merupakan propaganda
Barat/kolonialis agar umat Islam sedikit demi sedikit menjauhi agamanya, karena
bahasa Arab adalah bahasa Al Quran sehingga bila umat Islam jauh dengan Al
Quran maka akan jauh pula dengan agamanya (Muhbib Abdul Wahab, 2009: 2) Ketika
anggapan tersebut sudah masuk dalam otak bawah sadar peserta didik, bagaimana
pun mudahnya masih saja dikatakan sulit. Kesulitan tersebut biasanya diawali
dengan sedikitnya atau bahkan tidak ada sama sekali pemerolehan bahasa Arab peserta
didik disamping permasalahan-permasalahan yang lainnya. Pernyataan seperti di
atas dapat kita pastikan dengan menanyakan hal tersebut kepada peserta didik
kita semua, mayoritas dari mereka akan menjawab seperti jawaban di atas.
Ketika keadaan seperti itu, selayaknya sebagai
pengajar (guru, dosen maupun ustadz bahasa Arab) mencari solusi/jalan keluar
dari permasalahan tersebut sehingga stigma negatif tentang bahasa Arab semakin
pudar dan menghilang sehingga peserta didik akan bersemangat dalam belajar
bahasa Arab.
Kemampuan dasar manusia untuk berbahasa
merupakan kemampuan yang sejalan dengan potensi hidup manusia sebagai sarana
ujaran sekaligus alat hidup untuk saling mengenal dan berinteraksi, meskipun
demikian, kemampuan dan tingkat perkembangan ujaran sebagai penampilannya erat
hubungnnya dengan tingkat kecerdasan dan perkembangan kreatifitas seseorang
juga erat hubungannya dengan pertimbangan individu yang dilandasi nilai-nilai
tertentu. Oleh karena itu timbul berbagai macam bahasa yang dipengaruhi oleh
adanya dialek atau latar belakang suatu daerah tertentu, salah satunya adalah
bahasa Arab dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh bangsa Arab dan
negara-negara sekitarnya.
Dapat dikatakan bahwa belajar bahasa Arab
merupakan usaha untuk membentuk kebiasaan baru secara dasar, artinya dalam
proses belajar bahasa Arab ada kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai
sehingga tercapai suatu kebiasaan baru yaitu kemampuan berbahasa Arab.
Kemampuan bahasa Arab aktif yaitu kemampuan berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulisan, seperti membuat karangan. Sedangkan kemampuan bahasa Arab
pasif adalah kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan kemampuan
memahami bacaan. Kemampuan berbahasa Arab
secara positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting, karena dapat
membantu memahami sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits,
kitab-kitab bahasa Arab yang berkenaan dengan ajaran agama Islam.
Mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing,
tidak lepas dari prinsip-prinsip linguistik, yang menyatakan bahwa bahasa
adalah bahasa ucapan, karena itu sebelum peserta didik belajar membaca dan
menulis terlebih dahulu belajar mendengarkan.
Adapun aspek-aspek kemampuan/kemahiran
berbahasa Arab dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan menyimak (استماع),
kemampuan membaca (قراءة), kemampuan menulis (كتابة). Bahkan ada yang menambahkan keterampilan dalam bahasa Arab
dengan kemahiran budaya Arab sebagai kemahiran kelima dalam bahasa Arab (Ahmad
Fuad Effendy, 2014: 4). Aspek-aspek tersebut pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu; Kemampuan Reseptif (menerima), dan kemampuan
ekspresif (mengeluarkan) (Muljanto Sumardi, 1975: 118).
Kemampuan reseptif meliputi, menyimak, artinya
seseorang dikatakan mahir berbahasa Arab yaitu apabila dia mampu memahami
segala ucapan orang lain yang berbahasa Arab, baik disengaja ataupun tidak
disengaja. Sedangkan kemampuan ekspresif, meliputi tiga aspek, yaitu;
Kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Dari tiga ini
termasuk diantara tanda-tanda seseorang memiliki kemampuan berbahasa Arab
(Akrom Malibary, 1987: 2).
Kegiatan-kegiatan dalam berbahasa yang
tersebut diatas merupakan aturan-aturan umum, jadi tidak semua bahasa mencakup
keempat komponen tersebut. Demikian juga dengan berbahasa Arab, seseorang dapat
dikatakan mampu atau mahir berbahasa Arab, apabila dapat terampil dari keempat
komponen tersebut.
Berbahasa Arab diajarkan secara intensif dalam
pengajaran bahasa Arab di sekolah ataupun di madrasah. Sebagai tujuan
pengajaran bahasa pada umumnya dan pengajaran bahasa Arab pada khususnya.
Kemampuan berbahasa Arab dalam pelajaran bahasa Arab yang diberikan di madrasah
adalah sebagai penunjang dalam memahami dan mendalami ajaran agama islam,
sehingga kemampuan bahasa Arab pada peserta didik madrasah belum mencapai taraf
yang sempurna, karena pengajaran bahasa Arab di madrasah bersifat pada
pengenalan atau penguasaan tahap awal dan belum sampai pada taraf mempraktekkan
bahasa Arab tersebut secara sempurna.
Dalam proses belajar mengajar peserta didik tidak
lagi dipandang sebagai objek melainkan subjek yang aktif untuk berlatih,
mencari, mengolah, menemukan dan menggunakan pengetahuan, sikap dan
keterampilan agar berlangsung dengan efektif dan efisien.
Mendengar merupakan ketrampilan dalam
berbahasa yang suatu kali dikenal atau dimengerti oleh si pengguna
bahasa. Tingkatan mendengar secara penuh perhatian dan pemahaman muncul setelah
pengguna bahasa mendengarkan hal-hal yang dianggap sepele, yang kemudian
dianggap sebagai tingkat menyimak. Oleh karena itu mendengar dan menyimak
merupakan suatu urutan dalam ketrampilan berbahasa. Oleh sebab itulah dalam
bahasa Arab mendengar dan menyimak serta menyimak dengan fokus/serius berbeda
istilahnya. Yang pertama (mendengar) diistilahkan dengan sima’, kedua
(menyimak) diistilahkan dengan istima’, dan ketiga (menyimak dengan
fokus/serius) diistilahkan dengan inshot (Nur Hadi, 2011, 28).
Agar seorang pelajar dapat mendengarkan dengan
baik, maka seyogyanya harus menguasai beberapa kemahiran:
1)
Mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab
dan makhrajnya.
2)
Membedakan antara huruf-huruf yang
berbeda.
3)
Memilik kemampuan mengetahui
perbedaan antara huruf-huruf yang berbeda.
4)
Mampu dalam tata bahasa Arab dalam
menganalisa lambang-lambang suara atau kode-kode.
5)
Sebaiknya mengetahui arti kosakata
bahasa Arab.
6)
Mampu memberikan perhatian
sepanjang waktu.
7)
Adanya dorongan untuk terus
menyimak.
8)
Berada dalam kondisi jiwa yang
penuh toleransi untuk menyimak sehingga ucapan penutur tidak membosankan.
9)
Mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi dalam makna sebagai akibat dari perubahan bunyi dan tekanan bunyi (Abdul Wahab Rosyidi
dan Mamlu’atul Ni’mah, 2011, 85-86).
B. Pembahasan
1. Pembelajaran Materi Istima’ dalam Bahasa Arab di Indonesia
Secara umum,
pembelajaran materi istima’ di Indonesia dapat disajikan dalam lima fase
sebagai berikut:
a)
Fase pengenalan
Pada fase ini dikenalkan
bunyi-bunyi huruf Arab baik yang tunggal maupun yang sudah disambung dengan
huruf-huruf lain dalam kata-kata. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan
contoh pengucapan bunyi dengan baik dan benar, lalu diikuti oleh para pelajar.
Akan baik jika menggunakan alat bantu kaset atau gambar-gambar tentang
kata-kata yang dimaksud. Ada beberapa aspek bunyi yang sampai pada saat ini
terkadang menjadi masalah dalam mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing.
Menurut Hasan dan Suwailih dalam Mudzakkarat al-Daurat al-Tarbawiyyah
(1986) di antara aspek-aspek itu adalah:
a.
Bunyi harakat pendek dan panjang;
b.
Bunyi huruf-huruf yang sepintas
mirip;
c.
Bunyi huruf-huruf ber-tasydid;
d.
Bunyi alif-lam syamsiyah dan
qamariyyah;
e.
Bunyi huruf ber-tanwin;
f.
Bunyi huruf-huruf yang di-sukun-kan
di akhir kata atau kalimat untuk meringankan ucapan.
b)
Fase pemahaman permulaan
Pada fase ini para pelajar diajak untuk memahami pembicaraan sederhana
yang dilontarkan oleh guru tanpa respon lisan, tetapi dengan perbuatan. Sebagai
tahap permulaan, merespon dengan perbuatan dipandang lebih ringan dibandingkan
dengan lisan.
Bentuk respon
perbuatan ini dapat berupa:
1.
Melakukan perintah secara fisik.
2.
Bereaksi pada seruan.
3.
Menjawab pertanyaan secara tertulis
atau melakukan perintah dengan tulisan atau menggambar di atas kertas.
4.
Melakukan perintah dengan
menggunakan gambar, sketsa, denah dan sebagainya, yang sudah disediakan oleh
guru. Dalam hal ini guru membagikan kertas yang didalamnya ada gambar atau
sketsa, atau denah.
c)
Fase pemahaman pertengahan
Pada fase ini pelajar diberi
pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau tertulis. Semantara itu
kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan pada fase ini adalah:
1)
Guru membacakan bacaan pendek atau
memutar rekaman. Setelah itu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi
bacaan/rekaman tersebut. Jawaban pelajar bisa berbentuk lisan atau tulisan.
2)
Guru memutar rekaman percakapan dua
orang penutur asli (al-nathiq al-ashli). Selanjutnya guru menanyakan isi
rekaman itu. Pertanyaan yang diajukan dalam poin ini lebih mendetail
dibandingkan dengan poin diatas.
3)
Guru memutar rekaman percakapan
seseorang, misalnya percakapan dalam telepon. Dalam percakapan ini yang
terdengar hanya satu orang, sedangkan kata-kata lawan bicaranya tidak
terdengar. Para pelajar mendengarkan percakapan ini dengan seksama, lalu mereka
diminta untuk menebak apa yang dikatakan oleh lawan bicara orang itu.
d)
Fase pemahaman lanjutan
Pada fase ini
para pelajar diberi latihan untuk mendengarkan berita-berita dari radio atau
TV. Bisa juga mendengarkan komentar-komentar tentang hal ihwal tertentu yang
disiarkan oleh radio atau TV. Selain itu bisa juga dalam bentuk menyimak
rekaman tentang kegiatan tertentu yang bisa disajikan di laboratorium. Dalam
kegiatan ini para pelajar dianjurkan untuk mendengarkan sambil membuat catatan
mengenal fakta-fakta tertentu yang terjadi selama kegiatan yang terekam dalam
kaset seperti nama, tanggal, tahun, tempat, waktu, dan sebagainya. Hal ini
dilakukan untuk menolong mereka dalam mengingat. Setelah itu mereka ditugaskan
untuk membuat ringkasan berbahasa Arab yang mereka kuasai tentang inti
pembicaraan.
1)
Menyimak siaran radio dan TV.
Menyimak siaran radio dan TV merupakan proses
menyimak yang sangat tinggi. Karena siarannya tidak dapat diulang kembali, jika
bagian pertama dari siaran tersebut terlewat maka akan sulit merangkai dengan
bagian selanjutnya.
2)
Menyimak rekaman tentang kegiatan
tertentu.
Kegiatan menyimak dari rekaman tentang
kegiatan tertentu merupakan kegiatan yang proses menyimak tidak serumit dari
menyimak siaran radio dan TV karena rekaman dapat diputar kembali.
e)
Penilaian/taqwim
Ketika fase-fase di atas sudah
dilaksanakan, dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan materi istima barulah penilaian dapat dilaksanakan. Secara
garis besar penilaian dalam istima’ berhubungan dengan tujuan dan kemahiran dalam
pembelajaran istima yang sudah disusun guru bahasa Arab (Nur Hadi, 2011, 43).
Tujuan dan Macam-Macam Pembelajaran Istima’
Diantara tujuan pembelajaran istima’
menurut Akhmad Fuad Ulyan:
1)
Mampu menyimak, perhatian, dan
terfokus pada materi yang didengar;
2)
Mampu mengikuti apa yang didengar
dan menguasainya sesuai dengan tujuan menyimak;
3)
Mampu memahami apa yang didengar
dari ucapan penutur dengan cepat dan tepat;
4)
Menanamkan kebiasaan mendengar
sesuai dengan nilai sosial dan pendidikan yang sangat penting;
5)
Menanamkan segi keindahan pada saat
menyimak;
6)
Mampu mengetahui kosakata sesuai
dengan bentuk perkataan yang didengar;
7)
Mampu mengetahui makna kosakata
sesuai dengan bentuk perkataan yang didengar;
8)
Mampu menetapkan kebijaksanaan atas
perkataan yang didengar dan menetapkan keputusan yang sesuai (Abdul
Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, 2011, 85)
Ada beberapa macam pembelajaran
istima’:
1)
Menyimak secara terfokus, yaitu
menyimak dengan penuh kesengajaan yang dilakukan seorang dalam kehidupannya
dalam belajar dan bermasyarakat, misalnya menyimak pidato, khutbah, dan
lain-lain
2)
Menyimak tidak terfokus, yaitu
menyimak apa yang tersebar di sekitar kita, misalnya menyimak radio dan
televisi bersama beberapa teman.
3)
Menyimak secara bergantian, yaitu
sekelompok orang yang sedang diskusi dengan judul tertentu, di sini orang
berbicara sedang yang lain mendengarkan.
4)
Menyimak dengan menganalisa, yaitu
menganalisa apa yang telah didengar oleh penutur (A. Wahab Rosyidi dan
Mamlu’atul Hasanah, 2011, 88).
2. Pembelajaran Bahasa Arab Materi Istima’ dengan Media Lagu
Pembelajaran
mengandung arti dari proses yang berhubungan dengan belajar. Gagne dan Brings,
menyebutkan pembelajaran sebagai “Instructional is a set of even which
effects learners is such a way that learning is facilitated” (M. Ali, 2008: 13).
Definisi ini
menyatakan bahwa pengetahuan manusia tentang sesuatu merupakan implikasi dari
pemberian informasi kepadanya.
Dengan menggunakan media musik dan lagu diharapkan ketika pembelajaran
sedang berlangsung akan tercipta suasana yang kondusif, rasa bosan yang dialami
peserta didik berangsur-angsur hilang terlebih lagi musik dan lagu yang
digunakan sudah familiar dan tidak asing lagi di kalangan peserta didik.
Penggunaan
media musik sebagai media pembelajaran dalam materi istima’ hendaknya juga
menghindari masalah yang kerap timbul ketika awal, sedang maupun akhir
pembelajaran. Permasalahan yang kerap timbul adalah : pertama, kesulitan
peserta didik dalam menangkap suara tertentu dari bahasa yang dipelajari. Kedua,
Kesulitan dalam keharusan memahami, menangkap setiap kata. Jika ada sesuatu
yang terlewatkan, peserta didik merasa gagal dan khawatir. Ketiga,
Peserta didik memahami pembicaraan seseorang dengan cara pelan, Keempat,
Butuh mendengar lebih dari satu kali, Kelima, Keterbatasan kemampuan
peserta didik dalam mengambil seluruh informasi, Keenam, Jika kegiatan
istima’ terlalu lama, peserta didik semakin merasa sulit untuk
berkonsentrasi.
Pemutaran
media musik dan lagu dapat melalui media compact disk (CD) dan player yang
telah dimasukan beberapa jenis musik dan lagu dalamnya. Selain itu juga dewasa
ini alat elektronik semakin canggih, HP sekalipun dapat dijadikan sebuah media ketika
pembelajaran berlangsung dan dapat dilengkapi dengan speaker sehingga
suara yang keluar dapat dengan jelas didengar para siswa.
Penggunaan media
musik dan lagu juga dapat dikombinasikan dengan menggunakan jenis permainan
bahasa. Di antara permainan bahasa yang dapat diaplikasikan adalah bisik berantai (al asror al mutastalstil),
perintah bersyarat, siapa yang berbicara (man al mutahadist), bagaimana
saya pergi (kaifa azhhab). Permainan yang lainnya
juga dapat diaplikasikan ketika mengajar materi istima’ dengan metode kursi
bernomor, tebak ayyatu shuratin (tebak gambar), istima’ berbisik
keliling plus kitabah, sebut kata di akhir huruf kata, kuis Eat Bulaga,
369 tepuk tangan maupun sambung kata (M. Kamil Ramma, tth, 72-85).
Adapun
langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam memanfaatkan media musik dalam
proses pembelajaran istima’ adalah sebagai berikut:
a.
Harus menjelaskan kepada siswa.
Dengan pendek kata, guru diharapkan bisa meminimalisir kesulitan siswa dalam
memahami teks istima’ dalam sebuah lagu dengan cara yang mudah diterima.
b.
Siswa mendiskusikan lirik lagu yang
telah dibacakan dan diakhiri dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan tujuan yang dimaksud.
c.
Menyuruh siswa untuk membuat
ringkasan lirik lagu yang telah didengar dan menyampaikan ringkasan tersebut
secara lisan di hadapan teman-teman di kelas.
d.
Mengevaluasi pencapaian siswa
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam serta dekat dengan
tujuan yang hendak dicapai sehingga bisa dipakai untuk mengukur tingkat
kemajuan siswa. (Bisri Mustofa dan M. Abdul Hamid, 2012: 83-84).
Manfaat penggunaan musik untuk membantu proses pembelajaran yaitu :
1)
Musik akan membuat peserta didik
rileks dan mengurangi stress yang akan menghabat pembelajaran;
2)
Merangsang kreativitas dan
kemampuan berpikir peserta didik sehingga dapat memporoleh hasil yang lebih
baik;
3)
Membantu kreativitas dengan membawa
otak pada gelombang tertentu;
4)
Merangsang minat baca, keterampialn
motorik dan perbendaharaan kata;
5)
Sangat efektif untuk proses
pembelajaran yang melibatkan pikir sadar maupun pikiran bawah sadar.
Untuk menciptakan suasana yang medukung proses belajar, otak perlu
mendapat rangsangan yang sesuai, sehingga otak dapat dengan mudah menyerap
informasi dan mengerti informasi dan mengembangkan keterampilan berpikir.
Manfaat musik sebenarnya tergantung pada cara kita menggunakannya,
kapan dan apa saja jenis musiknya. Berikut penggunaan musik dalam proses
pembelajaran.
1. Musik digunakan sebagai pembukaan sehingga
pada waktu yang sesuai akan sangat membantu mempengaruhi perhatian peserta
didik di awal proses pembelajara.
2. Musik digunakan sebagai pembatas waktu,
contonya ketika guru memberikan tugas kepada peserta didik, maka guru dapat
membatasi waktu untuk mengerjakan tugas sampai selesai musik tersebut.
3. Musik digunakan untuk membantu diskusi,
saat melakukan diskusi mainkan musik sebagai latar belakang. Pesan musik disini
adalah untuk menciptakan atmosfir yang mendukung proses diskusi.
4. Musik digunakan untuk membangkitkan
semangat dan energi, saat suasana kelas sedang menurun, peserta didik sudah
mulai mengantuk, bosan, atau letih mainkan musik dengan tempo yang tinggi
sambil melakukan gerak badan atau brain gym.
5. Musik untuk penutup, jika musik ada sebagai
pembuka maka harus ada musik sebagai penutup. Musik ini dimainkan setelah
peserta didik selesai belajar dan bersikap untuk pulang sehinnga pada saat
pulang peserta didik dapat pulang senang dan gembira.
Perbedaan belajar dengan menggunakan musik dengan belajar tanpa
musik (Hasan, 2016, 63)
Tanpa musik
|
Mengunakan
musik
|
Denyut nadi dan tekanan darah
meningkat sehingga otak menjadi tegang sulit untuk menerima materi pelajaran
|
Deyut nadi dan tekanan darah
rendah sehingga otak menjadi relaks dan mudah untuk menerima materi
pelajaran.
|
Gelombang otak semakin cepat
sehingga akan mengakibatkan pesan yang sudah disampaikan ke otak akan cepat
hilang dan tidak tersimpan ke longthrem memory.
|
Gelombang otak melambat sehingga
peserta didik akan meyimpan materi yang telah disampaikan sampai ke longthrem
memory.
|
Otot-otot menegang, sulit untuk
menerima materi pembelajaran.
|
Otot-otot relaks, mudah untuk
menerima materi pelajaran.
|
Salah satu jenis media yang dapat dipergunakan adalah musik/lagu.
Penggunaan media ini tentunya sangat mengutamakan keaktifan, kreatifitas, serta
inovasi dari guru bersangkutan. Karena tanpa adanya hal tersebut dapat
dipastikan media musik/lagu tidak akan berjalan dengan semestinya dan hasilnya
pun mungkin tidak memberikan nilai positif bagi pembelajaran.
Berbicara
tentang kreatifitas seorang guru, Taufiq El Rahman memberikan penjelasannya
dengan dua hal utama, pertama yang bersifat internal dan kedua bersifat
eksternal. Internal maksudnya hal-hal yang bersifat dalam diri guru
bersangkutan. Dalam dirinya harus memiliki jiwa inquiry dan eksternal maksudnya
adalah lingkungan sekolah dimana guru bertugas. Sekolah harus bertanggung jawab
terhadap keprofesionalitasan guru baik itu mengikutsertakan guru dalam kegiatan
yang bersifat pelatihan, seminar dan lain-lain yang bertujuan mengasah daya
kreatifitas guru dalam mengajar (Taufik El Rahman dan Aliansyah, 2016, 50-52).
Dewasa ini,
para peneliti metode pembelajaran bahasa Arab berkreasi dalam menciptakan
metode pengajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah dengan menggunakan teori Multiple
Intelligence dalam pembelajaran bahasa Arab.(Zainal Arifin Ahmad, 2015:
6-8). Metode
Multiple Inteligence adalah teori kecerdasan yang ditemukan oleh Howard Gardner
(menggeser paradigma kecerdasan IQ yang hanya bisa diukur dengan hanya
mengandalkan serangkaian test yang dilakukan. Kecerdasan Multiple
Inteligence berisikan kecerdasan
spasial, kecerdasan linguistik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal,
kecerdasan naturalis, kecerdasan kinestetik/badani, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan logis-matematis atau yang lebih sering dikenal dengan SLIM N BIL.
Lebih lanjut
Zainal Arifin Ahmad menjelaskan kecerdasan musik dapat disinergikan dengan
pembelajaran bahasa Arab. Adapun contoh dari metode pembelajaran kecerdasan
musikal ini antara lain melalui diskografi (penggunaan musik untuk mengilustrasikan, mewujudkan,
atau menjelaskan materi), kegiatan bernyanyi, maupun melalui menggunakan musik
suasana (penggunaan musik yang membangun suasana yang cocok untuk pembelajaran
bahasa Arab) serta nyanyian Arab atau lagu popular di kalangan siswa yang telah
dialihbahasakan menjadi bahasa Arab. Melalui musik dan lagu, kecerdasan musikal
siswa dapat dikembangkan. Melalui musik dan lagu itu pula, materi pelajaran
menjadi lebih menarik dan akan mudah diingat. Oleh karena itu, pemanfaatan
musik dan lagu sebagai metode pembelajaran bahasa Arab menjadi sangat penting
artinya bagi peningkatan efektifitas proses pembelajaran bahasa Arab (Hasan,
2016, 66).
Di sekolah TK atau MI, porsi penggunaan masih
besar (walaupun di MI semakin berkurang porsinya) banyak sekali musik yang
sering diajarkan dengan lirik yang sederhana. Lirik sederhana tersebut diganti
dengan kalimat dalam bahasa Arab yang sederhana juga dan sesuai dengan logika
mereka. Berikut ini lirik yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab. Tapi
tidak menutup kemungkinan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lain seperti
Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah bahkan perguruan tinggi sekalipun.
Contoh pertama musik yang sering didengar peserta didik TK/MI
seperti lagu Dua Mata Saya, kemudian diubah menjadi lirik dalam bahasa Arab
seperti berikut ini (Lebih baik lagi diiringi dengan instrumen musik yang
sesuai). Untuk tingkat MTs maupun MA hendaknya memilih musik atau lagu yang
lagi hits di kalangan siswa MTs maupun MA yang nantinya lagu tersebut
diubah sesuai kreatifitas seorang guru yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
عَيْناَيَ اثْنَتاَنِ,
وَأَنْفِيْ واَحِدٌ
رِجْلاَيَ اثْنَتَان,
بِالْحِذَاءِ الجَدِيْدِ
يَدَايَ اثْنَتَانِ,
يُمْنَى وَ يُسْرَى
وَفَمِيْ وَاحِدٌ,
أَقْرَاءْ بِهِ الْقُرْاءَن
Lirik diatas
adalah diambil dari lagu anak-anak berjudul Dua Mata Saya
Dua mata Saya,
Hidung saya Satu
Dua kaki saya,
pakai sepatu baru
Dua tangan
saya, yang kiri dan kanan
Satu mulut
saya tidak berhenti membaca Quran
Contoh lagu
yang kedua yang sering dinyanyikan anak-anak adalah lagu
tentang Pelangi yang diubah menjadi lafal bahasa Arab yaitu:
يَا
قَوْسَ قُزَح مَا أَجْمَلَ لَوْنَكَ
أَجْمَر
أَصْفَر أَخْضَر
فِى
السَّمَاءِ الزَّرْقَاء
رَسَّامُكَ
عَظِيْم
مَنْ
هُوَ يَا تُرَى
يَا
قَوْسَ قُزَح
مِنْ
صُنْعِ اللهِ
Versi
Indonesia
Pelangi
pelangi alangkah indahmu
Merah kuning
hijau
Di langit yang
biru
Pelukismu
agung
Siapa
gerangan?
Pelangi-pelangi
ciptaan Tuhan.
C. PENUTUP
Materi istima’
merupakan salah satu materi dalam pembelajaran bahasa Arab yang sangat kurang
disentuh dari pada materi qiraah, qawaid dan kitabah. Hal demikian terjadi
karena kurangnya variasi dalam pembelajarannya dan hanya terfokus kepada indera
pendengaran saja yakni telinga. Salah satu media yang dapat dilakukan guru
untuk membangkitkan kembali motivasi peserta didik adalah dengan bantuan media musik
dan lagu. Ketika media lagu sudah ada selanjutnya memerlukan kreatifitas dan
inovasi dari seorang guru dalam menggunakannya. Di tangan guru yang kreatif dan
inovatif materi istima tidak akan menjadi materi yang menakutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Arifin, Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Teori Multiple Intelligence Jurnal Al Mahara Vol 1, N0 1,
Desember 2015
|
Ali, M. Guru dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
Baru, 2008
|
Effendy, Ahmad Fuad, Sejarah Peradaban Islam, Misykat,
Malang 2014
|
El Rahman,
Taufik dan Aliansyah, Tips Menjadi Guru Kreatif Inovatif, Banjarbaru:
Penakita Publisher, 2016
|
Permana, Farid, Lingkungan Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Arab,
Jurnal AlQalam Vol 8 Nomor 16 Juni
2014
|
Hadi, Nur, Al Muwajjih li ta’lim al maharat al lughawiyyah,
Malang: UIN Maliki Press, 2011
|
Hasan, Media Musik dan Lagu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,
Banjarmasin: Dreamedia, 2016.
|
Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2011.
|
Malibary, A. Akrom, Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah,
Bulan Bintang, Jakarta, 1987
|
Muljanto Sumardi, Pedoman Mempelajari Bahasa Arab pada
Perguruan Tinggi Agama Islam, DEPAG RI, Jakarta, 1975
|
Muradi, Ahmad, Pembelajaran Menulis Bahasa Arab Dalam
Perspektif Komunikatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2015
|
Mustofa, Bisri dan M. Abdul Hamid, Metode dan Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2012
|
Oensyar, M. Kamil Ramma, Maharat al Istima, tth
|
Rosyidi, Abdul Wahab dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep
Dasar Bahasa Arab, Malang: UIN Maliki Press, 2011
|
Sumardi, Muljanto, Pedoman Mempelajari Bahasa Arab pada
Perguruan Tinggi Agama Islam, DEPAG RI, Jakarta, 1975
|
Tarigan, Henry Guntur, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, Bandung, Angkasa, 1985.
|
….., Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa,
Angkasa, Bandung, 1990
|
Wahab, Muhbib Abdul, Pemikiran Tammam Hassan Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009
|
Post a Comment